Setiap tanggal 11 November, media sosial dipenuhi candaan tentang “jomblo”. Sebagian tertawa, sebagian lainnya menanggapinya dengan sedikit getir. Namun tahukah kamu, di balik lelucon itu, Hari Jomblo Sedunia (Singles’ Day) sebenarnya menyimpan makna yang jauh lebih dalam?
Hari ini bukan tentang kesepian, tapi tentang merayakan diri sendiri. Tentang belajar menikmati hidup tanpa harus mendefinisikan kebahagiaan lewat status hubungan.
Hari Jomblo Sedunia berawal dari Tiongkok pada tahun 1990-an. Mahasiswa di Universitas Nanjing menjadikan tanggal 11/11 (empat angka satu) sebagai simbol individu tunggal "the power of one". Lambat laun, hari itu menjadi momentum untuk merayakan kehidupan sebagai individu yang mandiri.
Seiring waktu, dunia e-commerce China memanfaatkan tanggal tersebut menjadi ajang festival belanja terbesar di dunia. Dari sinilah, tanggal 11 November kemudian dikenal luas secara global. Baik sebagai hari belanja 11.11 maupun sebagai Hari Jomblo Sedunia.
Di Indonesia, kata “jomblo” sering kali punya konotasi negatif. Orang yang belum punya pasangan kerap dijadikan bahan candaan, bahkan merasa “tertinggal” dari teman-temannya yang sudah berkeluarga.
Namun, perubahan generasi membawa pandangan baru. Generasi muda mulai memahami bahwa sendiri bukan berarti sepi, melainkan kesempatan untuk fokus membangun diri, karier, dan kebahagiaan personal.
Justru, Hari Jomblo Sedunia menjadi simbol perlawanan terhadap tekanan sosial yang menuntut setiap orang “harus punya pasangan” agar dianggap sukses.
Banyak orang mencari cinta tanpa pernah benar-benar mencintai dirinya sendiri. Hari Jomblo Sedunia mengingatkan kita untuk berhenti sejenak. Bukan untuk meratapi, tetapi untuk menghargai versi diri yang sekarang.
Menurut pandangan tim JFSmoney, ini waktu yang tepat bagi kita untuk:
Karena sejatinya, kebahagiaan tidak datang dari siapa yang menemani, tapi dari bagaimana kita memahami diri sendiri.
Menariknya, setiap tahun Hari Jomblo Sedunia selalu trending di media sosial Indonesia. Banyak kreator konten memanfaatkannya untuk menyebarkan pesan positif tentang self-love, mental health, dan kemandirian.
Namun, ada juga sisi komersial: berbagai marketplace menjadikan tanggal 11.11 sebagai ajang diskon besar-besaran. Di sinilah menariknya, hari yang awalnya diciptakan untuk menolak kesepian justru menjadi simbol kekuatan ekonomi individu.
Kreator digital dan pelaku usaha bisa memanfaatkan momentum ini untuk membangun brand personal: bukan menjual cinta, tapi menjual keyakinan bahwa menjadi diri sendiri adalah hal yang berharga.
Daripada memikirkan siapa yang belum datang, lebih baik rayakan hari ini dengan cara yang menumbuhkan kebahagiaan dari dalam:
Hari ini adalah kesempatan untuk menemukan cinta yang paling tulus (cinta pada diri sendiri).
Hari Jomblo Sedunia bukan sekadar tanggal di kalender atau tren di media sosial. Ia adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada status hubungan, melainkan pada cara kita memandang diri sendiri dan hidup yang dijalani.
Kesendirian bukan kelemahan, ia adalah ruang untuk bertumbuh. Dan pada akhirnya, orang yang bisa bahagia sendiri adalah orang yang paling siap untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain.